Bunda Teresa dari Kalkuta adalah teladan yang patut dicontoh dalam hal mengasihi Allah dan sesama. Seluruh hidupnya ia baktikan hanya untuk mengasihi Allah dan sesama. Siapa yang tidak mengenalnya? Sosok bertubuh mungil yang tidak banyak bicara tetapi memiliki cinta yang besar, yang selalu menebarkan kebaikan pada sesama. Dalam karya pelayanannya, ia fokus melayani mereka yang miskin, sakit dan tidak berdaya. Ketika ada sesama yang mengalami penderitaan luar biasa entah karena hidup dalam kemiskinan atau sakit kronis yang tiada mengalami kesembuhan, tangan kecilnya selalu terbuka untuk merawat dan menolongnya. Walaupun dalam keterbatasan hidupnya, Bunda Teresa memiliki ketulusan yang tiada batas melalui tindakan yang nyata.
Di masa Pandemi seperti sekarang ini, tentunya banyak kita jumpai sesama kita yang mengalami kesulitan hidup, bisa saja mereka adalah orang yang terdekat dengan kita, tetangga, para petugas keamanan di lingkungan kita, penjual sayur, ‘mpok sapu dan para karyawan yang kehilangan pekerjaan dan penghasilan, juga mereka yang mengalami sakit. Yesus melalui sabdanya pada Minggu ini, memberikan peneguhan kepada kita untuk mau dan mampu mengasihi Allah dan sesama kita.
“Kasihlah Tuhan Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu, itulah hukum yang terutama dan pertama. Dan hukum yang kedua yang sama dengan itu, ialah kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri” (Mat 22:37-39).
Sabda yang disampaikan Yesus sungguh luar biasa, namun kita sering terjebak hanya pada bagaimana kita mengasihi Allah sebagai hukum yang utama dan pertama. Selalu berusaha untuk rajin berdoa, rajin membaca firman-Nya, taat beribadah dan selalu hidup fokus kepada Allah. Apakah ini cukup untuk kita mengasihi Allah? Ternyata tidak. Seperti teladan Bunda Teresa, kita bisa sangat mengasihi Allah dengan mampu mengasihi sesama dan menjadikan sesama sebagai saudara. Wajah Allah hadir dalam pribadi sesama kita yang sedang berjuang dan mengalami kesulitan hidup saat pandemi sekarang ini.
Gerakan BERKAT menjadi undangan bagi kita semua untuk terlibat secara nyata dalam mengasihi sesama. Semoga buah-buah doa bersama dalam keluarga kita, menjadikan kita pribadi-pribadi yang senantiasa menjadi “BERKAT” bagi banyak orang. Semoga kita semua dimampukan untuk memiliki kepekaan dan menjadikan sesama sebagai saudara. Merajut persaudaraan sejati dengan berbela rasa kepada sesama yang membutuhkan sehingga kerajaan Allah semakin nyata di tengah masyarakat kita.
(Mei)
Berdasar bacaan liturgi 25 Oktober 2020
Keluaran 22:21-27
1Tesalonika 1:5c-10
Matius 22:34-40
Credit image: catholicnewsagency.com
Tidak ada komentar
Posting Komentar