Pesta Pembaptisan Tuhan

Tidak ada komentar

Minggu ini kita merayakan Pesta Pembaptisan Tuhan. Bacaan Injil mengajak kita untuk merefleksikan kembali makna pembaptisan Yesus di Sungai Yordan dan pembaptisan yang telah kita terima. Sakramen Baptis adalah sakramen inisiasi yang menjadi dasar seluruh kehidupan Kristen. Ia menjadi pintu masuk menuju kehidupan dalam Roh Kudus dan menuju sakramen-sakramen yang lain. Bagaimana kita merefleksikan makna pembaptisan di masa pandemi? 

Ribuan tahun lalu, saat bangsa Yehuda mengalami masa yang berat dalam pengasingan Babel,  Yesaya tampil menawarkan kelegaan. Ia menyerukan harapan akan adanya keselamatan. Caranya tidak sulit, “hanya” perlu kerendahan hati untuk mengikat perjanjian abadi dengan Allah - yakni  meninggalkan kegiatan duniawi yang sia-sia dan mendengarkan perintah Allah (Yes. 55:1-3), karena Allah adalah kekuatan dan keselamatan bagi umat-Nya (Yes. 12:2-3). 

Dalam Perjanjian Baru, untuk menyambut Sang Mesias yang akan membawa keselamatan, Yohanes mengajak orang-orang bertobat melalui baptisan di sungai Yordan. Ketika Yesus sendiri minta dibaptis, itu Ia lakukan untuk menggenapi nubuat agar rancangan Allah terwujud (Yes. 55: 11). Markus menuliskan pembaptisan Yesus dengan dramatis: langit terkoyak dan Roh seperti burung merpati turun ke atas-Nya. Lalu terdengarlah suara: “Engkaulah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Mulah Aku berkenan,” (Mrk. 1:10-11). Melalui gambaran ini kita diajak untuk percaya bahwa Yesus sungguh Anak Allah, dan oleh karenanya harus kita kasihi dengan cara menuruti perintah-perintah-Nya (1 Yoh. 5:1-5). Pembaptisan Yesus menyempurnakan makna baptis yang bukan hanya sebagai sarana pertobatan, melainkan kematian manusia lama untuk lahir sebagai manusia baru dalam kehidupan Ilahi karena telah beroleh karunia Roh Kudus. 

Sebagaimana Yesus yang memulai karyanya sesudah dibaptis, kita yang telah menjadi pengikut Kristus karena pembaptisan, boleh ambil bagian dalam karya keselamatan Allah di dunia. Di masa pandemi, peran itu bisa diwujudkan dengan ketekunan dalam doa, saling memberi peneguhan, membangun semangat kerja sama melalui solidaritas untuk berbagi dengan kemurahan hati, meninggalkan kebiasaan lama dan menjalani tatanan hidup baru seperti bijak bermedia, menghindari intoleransi, dan yang utama adalah menerapkan protokol kesehatan saat harus berkegiatan di luar rumah. Secara khusus, kita juga dapat memohon kepada St. Yusuf di Tahun Refleksi ini untuk membimbing  kita mengikuti teladan puteranya, Yesus Kristus, dan juga teladan Keluarga Kudus.
(ER)

Berdasar bacaan liturgi 10 Januari 2021:

Yesaya 55:1-11
Yesaya 12:2-3.4bcd.5-6
1Yohanes 5:1-9
Markus 1:7-11

Sumber gambar: alkitabonline.org

Tidak ada komentar

Posting Komentar