Shirley baru pindah sekitar 3 bulan ke kompleks perumahan ini. Seperti yang biasa dilakukannya di kompleks sebelumnya, setiap gajian, Shirley sengaja membelikan makanan untuk beberapa security yang menjaga di kompleksnya. Tetapi di kompleks ini, Shirley mendapatkan bahwa suasananya berbeda dengan yang dialaminya di kompleks yang lama. Kalau di tempat lama, semua security selalu menyambut hangat semua pemberian darinya. Tetapi di tempat baru ini, ada beberapa security yang cuek dan masa bodoh ketika dia memberikan bingkisan makanannya. Akhirnya Shirley mulai pilih-pilih, security mana yang akan dikasih.
Hubungan timbal balik yang tidak selaras, kita temui juga dalam perumpamaan yang diceritakan Yesus di Matius 21:33-43. Seorang tuan tanah menyewakan kebun anggurnya kepada para penggarap. Tetapi para penggarap bukannya memberikan hasil kepada sang tuan tanah, malah berbuat jahat kepada hamba-hamba sang tuan tanah. Mereka dipukul, dilempari dengan batu, bahkan ada yang dibunuh. Juga ketika anak sang tuan tanah dikirim ke sana, anak itu pun dibunuh oleh para penggarap kebun anggur. Jadi apa yang harus dilakukan oleh pemilik kebun anggur terhadap penggarap-penggarap itu?Perumpamaan itu diceritakan Yesus untuk menegur bangsa Israel yang sudah diberikan Kerajaan Allah, tetapi bangsa Israel malah berbalik dari Tuhan. Para nabi diabaikan dan disakiti. Bahkan Anak Allah pun menjadi korban kejahatan bangsa Israel. Tetapi perumpamaan ini mungkin sesuai juga dengan kehidupan kita di masa sekarang. Allah yang maha rahim sudah menganugerahkan kerajaan Allah kepada kita, Putera-Nya sudah dikurbankan, dan Roh Kudus sudah dicurahkan pada kita. Bagaimanakah cara kita menyikapinya? Apakah kita sudah berterima kasih dengan menghidupi kerajaan Allah dalam keseharian kita? Atau kita masih sering menyakiti hati Tuhan? Jangan-jangan kitalah yang dimaksud Yesus sebagai penggarap-penggarap kebun anggur yang tidak bersyukur. Jangan sampai Tuhan berkata kepada kita, dinanti-Nya keadilan, tetapi hanya ada kelaliman, dinanti-Nya kebenaran tetapi hanya ada keonaran (Yes. 5:7b).
Tuhan selalu merindukan anak-anak-Nya untuk hidup serupa dengan gambaran-Nya, sebagai hidup yang bersyukur. Apalagi di masa pandemi ini, semakin banyak orang yang bisa menjadi obyek cinta kasih kita. Kalau pun tidak ada materi yang bisa kita berikan, selalu ada doa dan perkataan berkat untuk orang-orang yang mengalami kesusahan. Bergiat dalam GEMATI dan BERKAT adalah salah satu cara kita untuk bersyukur kepada Tuhan. “Dan apa yang telah kamu pelajari dan apa yang telah kamu terima, dan apa yang telah kamu dengar dan apa yang telah kamu lihat pada-Ku, lakukanlah itu. Maka Allah sumber damai sejahtera akan menyertai kamu.” (Flp 4:9)
JS
Diambil dari bacaan liturgi 4 Oktober 2020
Hari Minggu biasa XXVII
Yesaya 5:1-7;
Mazmur 80:9,12,13-14,15-16,19-20;
Filipi. 4:6-9;
Matius 21:33-43
Credit image: iaphs.org
Tidak ada komentar
Posting Komentar