Keadilan Versi Tuhan Yesus

Tidak ada komentar

Setiap manusia selalu mencari keadilan. Pengadilan merupakan tempat yang dianggap dapat menyelesaikan masalah secara adil. Namun pada kenyataannya justru di dalam pengadilan begitu banyak ketidakadilan terjadi.  Apakah benar kita dapat memperoleh keadilan di tengah dunia yang carut marut ini?

Mari kita belajar, keadilan seperti apa yang Tuhan Yesus perlihatkan kepada para muridNya melalui perumpamaan tentang penggarap/pekerja dan pemilik kebun anggur: Pagi-pagi benar seorang pemilik kebun anggur menawarkan pekerjaan dengan upah sedinar sehari. Tentu saja para pencari kerja menerimanya, karena upah sedinar sehari memang lazim bagi pekerja harian pada masa itu.  Sang pemilik kebun anggur juga mengajak orang yang belum mendapat pekerjaan pada pk. 9, 12, 3 dan 5 sore, yaitu 1 jam sebelum pekerjaan selesai.  Saat pekerjaan usai, semua pekerja baik yang datang pagi, siang ataupun sore mendapatkan upah yang sama.  Bagaimana mungkin orang yang duluan kerja dengan yang terakhir kerja diberi upah yang sama! Adilkah itu? Tentu saja hal ini diprotes oleh pekerja yang datang sejak pagi.

Jika hal seperti ini menimpa kita tentu reaksi kita pun sama dengan para pekerja yang datang pagi hari. Merasa sudah bekerja seharian, sudah melakukan banyak hal, koq upahnya sama dengan yang hanya bekerja satu jam saja. Reaksi tersebut dianggap wajar dalam kehidupan kita bukan?

Marilah kita belajar dari versi sang pemilik kebun anggur, yang menegaskan bahwa ia tidak berlaku tidak adil, karena telah menepati kesepakatan mengenai upah sedinar sehari yang disetujui oleh para pekerja tersebut.  Ia merasa bebas memberikan upah yang sama kepada mereka yang datang belakangan. Tindakan pemilik kebun anggur bagi pekerja yang datang pagi dirasa tidak adil, namun bagi pekerja yang datang sore dianggap adil dan mereka dapat merasakan kebaikan hati sipemilik kebun anggur yang tidak membeda-bedakan.  Ketidakpuasan pekerja yang datang pagi, dikarenakan adanya rasa iri hati atas kebaikan pemilik kebun anggur.  Iri hatikah engkau, karena aku murah hati? (Mat. 20:15).  Mereka ingin diperlakukan khusus karena sudah bekerja lebih lama.  Mereka tidak bersyukur dengan pekerjaan yang langsung diperoleh sejak pagi, tanpa harus menunggu, dengan upah yang sudah jelas dan wajar, sudah ada jaminan bagi mereka. Apa yang terjadi pada mereka yang belum dapat pekerjaan? Kekhawatiran, ketidakpastian, apakah mereka dapat makan di hari itu ataukah harus melewati malam dengan perut kosong?  Adilkah ini?  Apakah hal ini terpikir oleh pekerja yang datang pagi hari?

Dalam perumpamaan ini kita diajak untuk menyadari bahwa keadilan tidak bisa ditafsirkan secara sepihak tanpa memperhatikan kerugian dari pihak lain.  Itulah keadilan yang diajarkan oleh Tuhan Yesus sebagai Sang Pemilik Kebun Anggur, kepada kita manusia sebagai pekerja-Nya. Orang yang terakhir akan menjadi yang terdahulu dan yang terdahulu akan menjadi terakhir (Mat. 20:16).  Tuhan Yesus begitu mengasihi anak-anak-Nya.

Tuhan baik kepada semua orang, dan penuh rahmat, terhadap segala yang dijadikan-Nya (Mzm. 145:9).  Tuhan menawarkan Kerajaan Surga kepada semua orang. Tuhan Yesus memberikan kesempatan yang sama bagi siapa saja yang ingin bertobat dan diselamatkan untuk masuk dalam Kerajaan Surga.  Tuhan tidak meninggalkan sendirian mereka yang masih menunggu dan menerima keselamatan yang ditawarkan-Nya.  Bagaimana dengan respon kita terhadap anugerah yang Tuhan berikan?  Rasul Paulus mengatakan, ”Jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberikan buah.” (Flp. 1:22).  Berbuah dalam tindakan, perkataan dan sikap yang sesuai dengan kehendakNya dan senantiasa bersyukur dalam segala hal, khususnya di masa pandemi ini.  
 
(NA)
 
 
Berdasar bacaan liturgi Minggu, 20 September 2020
Yesaya 55:6-9 ;
Mazmur 145:2-3, 8-9, 17-18 ;
Filipi 1:20-24, 27 ;
Matius 20:1-16

Credit image: lovescreativedesigns.com


 



Tidak ada komentar

Posting Komentar