Review Film Aladdin (2019)

Tidak ada komentar
Film Aladdin (2019) yang keluar berdasarkan film animasinya baru-baru ini adalah salah satu film yang digemari semua kalangan. Film bergenre drama romance ini diawali dengan kisah Aladdin, seorang pencuri pasar yang bertemu dengan seorang putri yang sedang menyamar. Tanpa Aladdin sadari, ia sudah jatuh cinta dengan Putri Jasmine, begitupun juga dengan sang putri. Sayangnya, peraturan saat itu melarang keluarga kerajaan untuk menikah dengan orang biasa. Merasa terhalang peraturan tersebut, Aladdin yang berhasil mendapatkan lampu ajaib, meminta jin dari lampu ajaib untuk menjadikan dirinya seorang pangeran.

Di saat yang bersamaan, Jafar, penasehat sultan, memiliki keinginan untuk menjadi orang pertama di Agrabah. Jafar merebut lampu ajaib dari Aladdin. Ia meminta jin menjadikan dirinya makhluk terhebat di seluruh semesta.

Dari film ini kita bisa mengambil beberapa pesan penting. Pertama, berbohong hanya membuat kita merasa bersalah dan rasa takut akan ketahuan. Hal ini terlihat ketika Aladdin berhasil menyamar menjadi seorang pangeran dari negeri antah berantah. Jasmine menyadari hal tersebut dan memaksa Aladdin untuk mengaku, tapi Aladdin mengelak dan mengatakan bahwa dia telah terlebih dulu datang beberapa hari untuk mengecek kondisi Agrabah.

Aladdin dalam penyamaran memutuskan untuk mempertahankan kebohongannya dan saat ketahuan, ia memaksakan agar semua orang tetap percaya padanya. Karena begitu cintanya ia dengan Jasmine, ia nekad membohongi orang-orang di sekitarnya agar bisa mendapatkan Jasmine.

Dari hal tersebut saja kita sudah bisa melihat bahwa berbohong membuat kita ketakutan, gelisah, dan hidup menjadi tidak nyaman. Memang kadang kalau kita jujur, orang-orang akan marah kepada kita, tapi itu jauh lebih baik daripada berbohong, karena jika kita ketahuan, orang-orang akan menjadi semakin marah karena kita tidak jujur kepada mereka.

Kedua, ambisi yang terlalu tinggi dan berangan-angan (padahal kita tidak bisa melakukannya) membuat kita menghalalkan segala cara untuk mencapainya.

Jafar terlalu berambisi untuk menjadi orang nomor satu di Agrabah, sehingga berusaha menjatuhkan sultan lewat menipu Aladdin untuk mengambilkan lampu ajaib yang bisa mengabulkan permintaannya. Ia menipu dan mencoba membunuh demi mendapatkan posisi tersebut, padahal menjadi orang nomor dua bukanlah hal yang buruk, mengingat masih lebih banyak orang yang menginginkan posisinya.

Semua hal buruk, yang dilakukan tokoh-tokoh dalam film tersebut, sebenarnya tidak perlu dilakukan. Aladdin sebenarnya bisa jujur kepada Putri Jasmine sejak awal karena sebenarnya Putri Jasmine sudah menunjukkan tanda-tanda suka kepadanya dalam perjumpaan pertama. Jafar pun harusnya sudah puas dengan kedudukannya sebagai orang nomor dua di kerajaan, karena itu merupakan suatu posisi tertinggi yang bisa dicapai seorang warga negara.

Hidup baik dan benar harusnya menjadi pilihan. Semoga kita selalu penuh hikmat untuk hidup jujur dan menerima diri apa adanya.


Penulis: Kathlyn Sandrina

Image Credit: www.comingsoon.net


Tidak ada komentar

Posting Komentar