BIA dan BIR St Gervasius ke Museum Perumusan Naskah Proklamasi dan GBK 25 Agt 2018

Tidak ada komentar

BIA dan BIR St Gervasius mengadakan acara untuk lebih mengenal sejarah Indonesia jaman old dan jaman now  (Proklamasi Kemerdekaan RI 17/8/1945 dan ASIAN GAMES).
Sabtu 25 Agustus 2018 pukul 07.00, kami berangkat dari Serpong menuju Museum Perumusan Naskah Proklamasi yang terletak di Jl. Imam Bonjol, Menteng, Jakarta Pusat. Saat di dalam kereta KRL dari stasiun Rawa Buntu sampai Stasiun Palmerah saya sempat kebingungan karena ada orang - orang yang mengenakan pakaian dan atribut ASIAN GAMES, saya kira mereka adalah atlet. Lalu papa saya yang ikut mendampingi saya menjelaskan bahwa mereka adalah relawan yang bertugas di ASIAN GAMES.

Sesampainya di Stasiun Palmerah papa saya memesan taksi online menuju Museum Perumusan Naskah Proklamasi yang merupakan rumah dinas Laksamana Muda Tadeshi Maeda. Beliau adalah seorang kepala penghubung angkatan laut dan angkatan darat kekaisaran Jepang. Walau Jepang saat itu ikut menjajah Indonesia, namun beliau mau meminjamkan rumah dinasnya kepada Bung Karno dan tokoh- tokoh pergerakan Indonesia untuk merumuskan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 16- 17 Agustus 1945.

Masuk ke dalam museum itu, saya berada di dalam rumah yang luas dan ada tangga menuju lantai dua. Tidak seperti rumah pada umumnya, disana ada bunker, lapangan pribadi ,3 kamar mandi pribadi, meja besar dan kursi yang kokoh juga piano. Saya juga baru tahu teks proklamasi di tandatangani oleh Bung Karno di atas piano itu. Seorang Laksamana Maeda, yang dulunya membenci dan ikut menjajah Indonesia, namun kemudian berubah menjadi seorang yang berjasa dalam kemerdekaan bangsa Indonesia. Hal itu mengingatkan saya akan kisah Lazarus, seorang pemungut cukai, namun ingin bertemu dan bahkan menerima Tuhan Yesus singgah di rumahnya dan dia pun bertobat ( Lukas 19: 7- 10).

Ketika dirasa sudah cukup waktu mengenal sejarah kemerdekaan Indonesia dan perut mulai keroncongan, kami melanjutkan berjalan kaki menuju tempat makan ke arah Masjid Sunda Kelapa dekat rumah dinas wakil presiden Indonesia. Di sana banyak sekali makanan yang dijual dan tidak kalah enak di banding masakan di cafe atau restoran. Kemudian kami berjalan menyeberangi rel kereta api dan pergi ke Halte Bus Trans Jakarta. Berjalan kaki bersama teman - teman BIR dan BIA siang itu membuat saya tidak merasa begitu lelah. Naik - turun bus, jalan kaki, naik bus lagi dari halte satu ke halte yang lain, hingga sampai di Gelora Bung Karno.

Saya terheran - heran melihat begitu banyak orang datang dari berbagai negara dengan antusias dan penuh semangat menikmati suasana pesta olah raga yang diadakan 4 tahun sekali. Walau tidak menonton secara langsung di arena, saya dan teman - teman bangga dan bersyukur dapat ikut merasakan suasana keseruan pesta olah raga bangsa - bangsa se Asia di Festival ASIAN GAMES di komplek Gelora Bung Karno.

-Gregorius Louis Yudhistira
BIR Gervasius.












Tidak ada komentar

Posting Komentar