BIKIN INI ATAU ITU DOSA ‘GA YA?

Tidak ada komentar


Seorang ahli Taurat menanyai Yesus: "Guru, hukum manakah yang terbesar dalam hukum Taurat?" 


Bukan mau tahu jawabannya karena dia ahlinya, tapi karena berniat  menjebak Yesus. Kalau Yesus tidak bisa jawab dengan benar, maka Ia tidak layak jadi guru (agama). Tapi sebaliknya, jika  jawaban-Nya benar, Ia tetap tak layak jadi guru karena memberi contoh buruk sebagai pelanggar hukum Taurat (pendosa). Bukankah Yesus terkenal sering menabrak aturan-aturan agama seperti menyembuhkan orang pada hari Sabat saat orang dilarang bekerja, bergaul dengan orang 'najis',dan sebagainya? Ini jebakan buah simalakama. Apapun jawaban Yesus, pasti Ia salah dan ada hukuman/sanksi sosial bagi-Nya. 


Padahal si ahli Taurat itu sendiri yang terjebak.Terjebak dalam pola pikir bahwa hukum Allah itu sebatas aturan tertulis kaku yang mengatur yang boleh atau tak boleh dilakukan. Dosa diukur dari kepatuhan ikut peraturan, seperti aturan-aturan yang bisa kita baca dari Keluaran 22:21-27. Contoh: engkau harus kembalikan jubah teman yang digadaikan kepadamu sebelum matahari terbenam, karena ia pasti sangat membutuhkannya sebagai pelindung dan penghangat tubuh saat tidur malam ( cat: terjemahan bebas Kel 22:26-27). 


Aturan aturan itu memang bagus, tapi Tuhan Yesus mau menekankan bahwa semangat yang menjiwai aturan itu yang jauh lebih penting,yaitu semangat kasih. 


Maka Yesus menjawab sang ahli Taurat dengan jawaban yang sama sekali tak diantisipasinya. Hukum terbesar dalam hukum Taurat adalah: 

1.Kasihilah TUHAN, Allah dengan segenap hati, jiwa,dan akal budi

2.Kasihilah sesama manusia seperti diri sendiri. 


Jawaban itu membuat Yesus lepas dari jebakan maut, sekaligus mengajarkan si Farisi itu cara benar dalam memandang hukum Allah. Bahwa yang berkenan bagi Allah adalah perbuatan-perbuatan yang dijiwai kasih, bukan taat membabi buta  pada teks dalam aturan hukum (Taurat). Orang tidak perlu terpaku pada peraturan agama, tapi dengan menghayati kasih pasti tahu melakukan yang benar di hadapan Allah. Tak sebatas aturan yang dirumuskan dalam hukum Taurat. Juga tahu perbuatan mana yang dianggap-Nya berdosa karena melanggar semangat mengasihi itu.  


Dalam semangat kasih itu pula kita jadi lebih bisa memahami ajaran Paulus kepada umat di Tesalonika 1Tes 1:5-10 tentang mengasihi Allah.


Jika sungguh-sungguh mengasihi-Nya dengan segenap hati, jiwa dan akal budi,

pasti kita takkan mau menduakan-Nya dengan menyembah berhala-berhala, antara lain: uang, diri kita sendiri atau orang/benda/situasi tertentu yang kita tuhankan. 


Sebaliknya kasih kepada Tuhan itu diwujudkan dalam menerima firman-Nya, melaksanakan kehendakNya meski harus menderita sekalipun seperti yang sudah dilakukan jemaat di Tesalonika.


Seperti jemaat di Tesalonika yang bersama sama melaksanakan kehendak-Nya untuk mengasihi sesama, kita umat paroki VMM juga bisa lakukan itu. Ada sarana yang bagus sekali, yaitu gerakan SOBAT.


SOBAT itu singkatan SOlidaritas Berbagi berkAT.Lewat program-programnya,

kita bisa bersama-sama melakukan tindak kasih dengan potensi dan talenta masing masing.


Ada yang bisa bergabung dalam program penyuluhan/konseling misalnya atau pelayanan kesehatan. Bisa juga ikut program pengembangan UMKM, dll


Semoga kita selalu berupaya hidup kudus jauh dari dosa lewat cara mengasihi Tuhan dan sesama dengan keseluruhan diri kita dan lewat persekutuan dalam Gereja agar Ia berkenan pada kita.


HS


Berdasarkan kalender liturgi 29 Oktober 2023

Kel 22:21-27

1Tes 1:5c-10

Mat 22:34-40


Source image : https://www.jawaban.com/assets/uploads/lori_mora/images/main/210831165721.jpg


Tidak ada komentar

Posting Komentar