Alkisah di sebuah pohon anggur ada sebuah ranting yang sombong. Dengan pongahnya dia terus-menerus menghasilkan buah seakan sedang berlomba menghasilkan buah yang paling banyak. Ranting itu tidak memberikan nutrisi yang baik kepada buah-buahnya. Kepada ranting yang baru tumbuh, dia selalu memberi cibiran. Padahal ranting yang baru itu dengan giatnya berusaha mendapatkan nutrisi dari pokok anggur supaya bisa memberikan nutrisi yang sehat kepada buah-buah yang akan dihasilkannya. Akhirnya masa panen pun tiba. Buah-buah dari ranting yang sombong hasilnya kurang segar dan mengecewakan pemilik kebun anggur. Sedangkan buah-buah dari ranting yang dulu dicibirnya segar-segar dan menyenangkan pemilik kebun anggur.
Kisah di atas menggambarkan tentang Yesus sebagai pokok anggur dan kita sebagai ranting-rantingnya. Ada dari kita yang sangat bersemangat dalam pelayanan, sehingga melupakan Sang Pokok Anggur. Merasa dirinya diutus, sampai lupa dengan yang mengutus. Ketika lelah, dia mengeluh pada Tuhan. Untuk orang-orang ini, Tuhan Yesus mengingatkan seperti firman-Nya kepada Marta, “Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara.” (Luk. 10:41) Apakah pelayanan adalah hal utama dalam hidup ini?
Sedangkan Maria duduk dekat kaki Yesus dan terus mendengarkan perkataan-Nya. Seperti ranting yang rendah hati yang berpaut pada pokok anggurnya, Maria tahu bahwa hal yang utama adalah mendengarkan Firman Tuhan. Bersatu dengan Tuhan adalah hal yang penting sebelum bisa melayani dengan baik. Dengan dasar iman yang kuat, kita bisa melayani sesuai dengan yang Yesus ajarkan.
Seorang pelayan yang baik akan peka pada sekitarnya. Dia penuh kasih karena dia menjiwai ajaran utama Tuhan Yesus tentang cinta kasih. Pada waktu memberikan kasihnya, dia tidak setengah-tengah, melainkan memberikan yang terbaik. Kepada orang-orang ini, Tuhan menyediakan anugerah yang besar. Seperti halnya Abraham dalam bacaan pertama yang menjamu Tuhan, Tuhan mengaruniainya anak laki-laki lewat Sara, istrinya (Kej. 18:10). Walaupun anugerah Tuhan belum tentu berupa kebahagiaan di dunia.
Seperti halnya rasul Paulus, bagi dia sukacita dari Tuhan tidak harus berupa hal-hal yang bisa dinikmati secara duniawi. Sama seperti Tuhan Yesus yang rela menderita bagi umat-Nya, rasul Paulus bersukacita karena boleh menderita karena jemaat (Kol. 1:24).
Menjadi pelayan Tuhan adalah anugerah bagi kita. Tetapi kita harus selalu haus akan firman-Nya. Sehingga kita menjadi pelayan yang selalu bertumbuh dalam iman, harapan dan kasih. Melayani Tuhan tidak harus di dalam komunitas besar. Bisa dimulai dengan melayani di dalam keluarga, turut aktif dalam kegiatan di Lingkungan, dan berpartisipasi dalam kegiatan Paroki. Tuhan senang dengan buah-buah pelayanan kita. Buah-buah yang segar karena dihasilkan dari pokok anggur yang benar.
(Julius Saviordi)
Berdasar bacaan liturgi Minggu, 17 Jul 2022.
Hari Minggu Bisa XVI
Kej. 18:1-10a;
Mzm. 15:2-3ab, 3cd-4ab, 5;
Kol. 1:24-28;
Luk. 10:38-42
Source image: https://www.jw.org/en/bible-teachings/questions/once-saved-always-saved/
Tidak ada komentar
Posting Komentar