Nabi Elia adalah seorang nabi besar di zaman Perjanjian Lama. Dengan kuasa Tuhan dia mengalahkan 450 orang nabi baal. Di akhir hidupnya Elia terangkat ke surga. Di zaman Perjanjian Baru Elia dan Musa hadir dalam peristiwa transfigurasi Tuhan Yesus. Tetapi ketika musibah kelaparan melanda Israel, Elia diutus kepada seorang janda di Sarfat, di luar Israel, bukan kepada janda-janda Israel. Karena seorang nabi tidak dihargai di tempat asalnya (Luk. 4:24).
Tuhan Yesus pun mengalami hal yang sama. Yesus tidak diterima dan tidak dihargai di daerah asal-Nya, Nazaret. Bahkan orang-orang ingin membunuh Yesus dengan melemparkan Dia dari tebing (Luk. 4:29). Demikianlah Tuhan Allah mengirimkan banyak nabi dalam kehidupan manusia. Mereka adalah orang-orang khusus yang Tuhan utus. Sebelum mereka dilahirkan Tuhan sudah menguduskan mereka dan menetapkan mereka sebagai nabi-Nya (Yer. 1:5). Sayangnya manusia sering menolak nabi-nabi yang Tuhan utus.
Padahal Tuhan Yesus dan para nabi hadir di dunia untuk membawa keselamatan pada manusia. Manusia, yang selalu jatuh ke dalam dosa, sebenarnya sudah tidak layak lagi untuk kemuliaan Tuhan. Manusia sudah kotor dan jauh dari surga. Untuk itu Tuhan Yesus rela menyerahkan nyawa-Nya sebagai ganti dosa kita, walaupun diri-Nya ditolak oleh umat-Nya sendiri. Karena tidak ada korban yang mampu menebus dosa manusia, selain Darah Putera-Nya yang tunggal. Kasih Bapa kepada manusia jauh melampaui segala akal manusia. Kasih sejati sudah Tuhan tunjukkan dalam keteladanan Putera-Nya.
Cinta kasih yang Yesus ajarkan bukan kasih yang transaksional, melainkan kasih murni kepada Allah dan sesama. Kasih-Nya luhur karena kasih-Nya pada manusia adalah kasih Tuhan kepada ciptaan-Nya. Yesus pun ingin kita meneladani-Nya dengan kasih yang selalu sabar, murah hati, tidak cemburu, tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Kasih tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Kasih tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Kasih tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Kasih menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, dan sabar menanggung segala sesuatu (1 Kor. 13:4-7).
Kasih harus dimulai di dalam keluarga. Kasih harus diberikan terutama kepada orang terdekat kita. Gereja pun mengajak kita melakukan gerakan-gerakan yang berdasarkan kasih seperti gerakan mengantar anak, gerakan mengantar lansia ke gereja, gerakan jalan kaki ke gereja, gerakan BERKAT, gerakan SOBAT dan sebagainya. Dengan memberikan kasih kepada sesama, maka hidup kita memuliakan Allah. “Ya Allah, Engkau telah mengajar aku sejak kecilku, dan sampai sekarang aku memberitakan perbuatan-Mu yang ajaib.” (Mzm. 71:17).
(JS)
Berdasar bacaan liturgi Minggu, 30 Januari 2022
Hari Minggu Biasa IV
Yer. 1:4-5.17-19;
Mzm. 71:1-2.3-4a.5-6ab.15ab.17;
1Kor. 12:31-13:13;
Luk. 4:21-30.
Tidak ada komentar
Posting Komentar