Akulah Gembala Baik

Tidak ada komentar


Jangan remehkan orang biasa dengan mimpi besar.  Pada Agustus 2019, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memberikan penghargaan kepada Sadiman (68th), petani yang tinggal di Desa Geneng, Wonokerto, Jawa Tengah. Selama 20 tahun.  Sendirian Sadiman telah menanam 11 ribu pohon di lereng Gn. Lawu seluas 250 hektar. Masyarakat menganggapnya gila. Tapi, Sadiman punya mimpi tentang hutan yang lebat dan mata air yang deras.  Kini, sebanyak 340 keluarga di desanya telah menikmati air bersih dan gunung kembali hijau. 


Bacaan minggu ini diawali dengan adegan saat Petrus menghadap sidang yang dipimpin oleh Imam Besar Hanas dan Kayafas.  Jawaban Petrus yang bukan dari kaum terpelajar seperti para imam, membuat tercengang.  Petrus kembali menegaskan bahwa Yesus ibarat batu yang sudah dibuang tukang bangunan dan kini menjadi batu penjuru, dan bahwa keselamatan tidak ada di dalam siapa pun juga selain di dalam Dia (Kis. 4:8-12).  Batu penjuru adalah sebuah batu utama yang diperlukan saat membangun gedung.  Ketika batu penjuru diletakkan, ia menjadi dasar bagi pengukuran batu-batu lainnya.  Sebagai batu penjuru Tuhan Yesus menjadi pondasi dasar kehidupan serta dasar keselamatan bagi yang berpijak kepadanya. Tanpa batu penjuru, gedung menjadi tidak aman, berpotensi ambruk.  Sebagai anak-anak Allah, kita bersyukur memiliki Tuhan yang baik sebagai batu penjuru dan sumber keselamatan (Mzm. 118:21-22, 1 Yoh 3:1-2).


Minggu ini adalah Minggu Gembala Baik. Yesus sendiri telah menyatakannya sendiri: “Akulah gembala yang baik. Aku mengenal domba-domba-Ku, dan domba-domba-Ku mengenal Aku, sama seperti Bapa mengenal Aku dan Aku mengenal Bapa, dan Aku memberikan nyawa-Ku bagi domba-domba-Ku.” (Yoh. 10:14-15).  Seperti batu penjuru, gembala baik menjadi keselamatan tidak hanya bagi domba dari satu kandang saja, melainkan juga yang ada di luar sana (Yoh. 10:16).  Bertepatan pula dengan Hari Doa Panggilan Sedunia, hari ini Gereja memanggil umat untuk turut menggembalakan domba-domba-Nya agar tidak tersesat. Pada peringatan yang ke 58 tahun ini, Bapa Suci menuliskan pesan khusus dengan judul: St. Yusuf, Impian Panggilan.  Menurut Paus Fransiskus, setiap panggilan memiliki tujuan yang sama yakni melahirkan dan membarui hidup setiap hari.  Tuhan ingin membentuk hati umat agar lebih terbuka, mampu melakukan inisiatif besar, murah hati memberikan diri, berbela rasa dalam menentramkan kecemasan, dan teguh memperkuat harapan. 


Pemenuhan panggilan Ilahi tidak memerlukan pembuktian yang heboh.  Sebagaimana Yusuf, orang biasa yang memenuhi mimpi panggilannya dengan aksi bersahaja namun berarti di mata Tuhan. Maka, sambil memohon bimbingan Roh Kudus, mari kita bertekun menjadi gembala baik dan murah hati dimulai dari lingkungan terdekat, makin aktif terlibat di masyarakat, mewujudkan kehidupan yang sehat di masa pandemi, dan memberikan perhatian pada mereka yang lemah, papa, dan tersingkir.  Santo Yusuf, Santo Pelindung Panggilan, doakanlah kami. (ERK) 

Berdasar bacaan liturgi 25 April 2021:
Kisah Para Rasul 4:8-12
Mazmur 118:1, 8-9, 21-23, 26, 28cd, 29
1Yohanes 3:1-2
Yohanes 10:11-18

Credit image: Source

Tidak ada komentar

Posting Komentar