Hari Raya Santa Perawan Maria Diangkat Ke Surga
“Jiwaku, memuliakan Allah, dan rohku bersukacita di dalam Allah, Juru Selamatku”(Luk 1:46-47)
Ibu adalah sosok yang luar biasa dalam kehidupan kita. Ibu adalah sosok perempuan yang seringkali tangguh dan tegar ketika badai kehidupan menghempas. Ibu selalu siap membela anak-anaknya dari segala ancaman dan bahaya apapun. Tak jarang pula, ibu tampil menjadi sosok yang menenangkan dan menguatkan keluarga, saat ada anggota keluarga yang sedang krisis. Sosok ibu bisa dirasakan dari kehadirannya ataupun melalui doa-doanya yang senantiasa didaraskannya mengiringi setiap langkah keluarganya.
Hari ini adalah Hari Raya Santa Perawan Maria Diangkat Ke Surga. Kita diajak meneladan keteguhan iman Maria. Kita semua percaya, Bunda Maria sungguh menghadirkan sosok ibu dalam kehidupan Yesus sendiri. Bunda Maria menjadi sosok yang tangguh dan tegar bahkan memberikan diri bagi kehadiran PuteraNya. Yang menarik kita teladani, pribadi Maria yang sungguh mengimani setia pada kehendak Bapa, dan itu menjadi kekuatan dalam melangkah sekalipun di saat-saat sulit secara manusiawi. Ungkapan iman Maria yang terbuka pada kehendak Bapa, bahkan sudah ada sejak awal mengandung Yesus. Maria senantiasa mendaraskan doa kepada Bapa untuk senantiasa mengiringi langkah hari demi harinya.
Iman Maria, sebagai ibu Yesus sungguh patut kita teladani. Ungkapan iman Maria sebagai seorang ibu sungguh meneguhkan, “Jiwaku, memuliakan Allah, dan rohku bersukacita di dalam Allah, Juru Selamatku” (Luk. 1:46-47). Konteks peristiwa Maria mengandung Yesus, selalu kita ingat dalam situasi tidak bahagia secara manusiawi. Situasi politik yang juga memanas, di mana Herodes memerintahkan membunuh semua anak laki-laki, menjadi situasi yang sungguh mencekam. Maria, selaku Ibu Yesus, menjalani peristiwa yang “tidak enak” tersebut dalam iman. Betapa Maria percaya pada kehendak Allah sendiri, dan menerima kehendak-Nya dalam sukacita, sekali pun di tengah krisis pada masa itu. Maria tidak melarikan diri atau pun menghindar dari apa yang dipercayakan Bapa, tetapi Maria senantiasa membuka diri pada kehendak Bapa, “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan, jadilah padaku menurut perkataan-Mu itu” (Luk. 1:38).
Kita pun, senantiasa mengalami berbagai peristiwa di dalam kehidupan kita masing-masing. Tidak jarang, kita mengalami peristiwa yang “tidak enak” dalam kehidupan kita, terlebih di situasi pandemi belakangan ini. Banyak di antara kita yang berjuang, baik di kantor, maupun di usahanya sendiri. Tak jarang pula, kita mungkin akan mudah “menggugat” Tuhan, ketika kita mengalami peristiwa-peristiwa hidup yang tidak kita harapkan. Kita bertanya, “Kenapa harus Aku yang mengalami musibah ini? Padahal aku sering menyumbang, rajin beribadah.” Dan masih banyak rentetan kalimat gugatan kita pada Tuhan yang mudah kita lontarkan ketika kita mengalami peristiwa yang “tidak enak”.
Pertanyaan refleksi bagi kita sebagai orang beriman dan pengikut Kristus sendiri, “Bagaimana kita mau menyertakan Tuhan dalam setiap peristiwa kehidupan kita?” Kita sebagai orang beriman Katolik, percaya Tuhan senantiasa menyertai langkah kehidupan kita. Maria memberikan teladan iman kepada kita, untuk percaya dan berserah sepenuhnya kepada Tuhan. Mari belajar dari keteladan iman Maria, yang senantiasa menyertakan Tuhan dalam setiap langkah hidupnya, melalui doa-doa yang Ia daraskan. Kita diajak membuka diri dan menyertakan Tuhan dalam setiap langkah hidup kita, melalui doa-doa yang kita daraskan bersama dalam keluarga (program GEMATI). Semoga ketekunan iman di dalam keluarga kita, juga memampukan kita untuk berseru, “Jiwaku, memuliakan Allah, dan rohku bersukacita di dalam Allah, Juru Selamatku (Luk. 1:46-47).”
(ABD)
Berdasar bacaan liturgi 16 Agustus 2020:
Why 11:19a; Why 12:1,3-6a,10ab
Mzm 45:10bc, 11, 12ab
1 Kor15 : 20-26
Luk 1:39-56
Credit image: olastrafford.org
Tidak ada komentar
Posting Komentar