[TAU GA?] Tradisi Gereja Katolik bagi Jiwa-Jiwa di Api Penyucian

Tidak ada komentar

Tradisi-tradisi tersebut adalah:
1. Peringatan arwah orang beriman setiap tanggal 2 November dan Devosi bagi jiwa-jiwa di Api Penyucian di bulan November. Gereja sadar bahwa tidak semua umat beriman yang sudah meninggal telah bersatu dalam kemuliaan Allah di surga. Karena dosa-dosa, mereka masih harus melaksanakan pemurnian terlebih dahulu di Api Penyucian. Supaya segera bersih dan murni dibutuhkan Misa dan doa umat beriman yang masih hidup di dunia, termasuk dalam bentuk devosi untuk jiwa-jiwa di Api Penyucian.

2. Mendoakan melalui Para Kudus misalnya St.Margaretha Maria Alacoque, St.Faustina, St.Yohanes Maria Vianey, dll, mengadakan Misa, berpuasa dan berpantang, bagi penghapusan dosa para arwah yang masih di Api Penyucian.

3. Tradisi Gereja memandang perlu membantu orang sakit berat menjelang ajal, bantuan khusus dalam hal kerohanian, memanggilkan imam untuk sakramen-sakramen terakhir, dan mendoakan orang sakit itu.

Apakah jika Allah mengampuni, maka tidak ada lagi kosekuensi akibat dosa? Kitab Suci mengatakan sebaliknya. Lihat beberapa kasus, Adam dan Hawa setelah diampuni dosanya, diusir dari taman Eden (Kej 3:23-24). Raja Daud yang diampuni Allah atas dosa berzinah dengan Betsheba dan membunuh Uria, tetap dihukum dengan kematian anaknya (2 Sam 12:13-14). Nabi Musa dan Harun yang berdosa tidak percaya dan tidak menghormati Allah di hadapan umat Israel dihukum tidak masuk ke tanah terjanji (Bil 20:12). Nabi Zakharia, yang tidak percaya akan berita malaikat Gabriel, dihukum menjadi bisu (Luk 1:20).

Api penyucian semata-mata karena belas kasih Allah. Persyaratan masuk ke dalam surga begitu sulit karena tidak akan masuk ke dalamnya sesuatu yang najis (Why 21:27). Agar dapat langsung menuju surga, jiwa harus sepenuhnya bebas dari noda dosa. Artinya bahwa jiwa harus dalam keadaan penuh rahmat, bebas dari dosa-dosa ringan sekalipun.

Proses pemurnian di api penyucian sangat menyakitkan. Jiwa-jiwa di sana melihat bagaimana dosa telah memisahkan mereka dari Allah dan mereka menyesal secara mendalam apa yang telah mereka perbuat. Jiwa-jiwa menderita karena memiliki kerinduan yang kuat untuk berada di surga bersama Allah, tetapi tidak dapat karena tidak layak. Jiwa-jiwa memohon, “dari jurang yang dalam aku berseru kepada-Mu, ya TUHAN! Tuhan, dengarkanlah suaraku! Biarlah telinga-Mu menaruh perhatian kepada suara permohonanku.” (Mzm 130:1-2).

Dengan mendoakan mereka yang sudah meninggal, kita diingatkan bahwa suatu saat akan tiba saatnya kitapun dipanggil Tuhan dan saat itu kitapun butuh didoakan. Sebab di dalam Kristus, kita semua berpengharapan akan kasih Tuhan yang mengatasi segala sesuatu, “Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.” (Rom 8:38-39).

Dikutip dari beberapa sumber.
ALB, Nov.2019

Credit Image: christiantoday.com

Tidak ada komentar

Posting Komentar