Retret EJ REMAJA yang “FUN”TASTIC [13-14 Jul 2019]

Tidak ada komentar

Tanggal 13 Juli 2019, pagi-pagi sekali penulis sudah sampai ke lokasi retret, dan baru beberapa fasilitator  yang juga berperan sebagai panitia yang datang.  Mungkin penulis terlalu bersemangat untuk mengikuti retret Emmaus Journey Remaja (EJR) kali ini.  Sambil mendengarkan percakapan demi percakapan yang berlalu, tak terasa acara sudah mau dimulai dan para peserta mulai berdatangan. Karena ini adalah retret EJR, tentu saja pesertanya adalah anak muda, tidak ada bapak ibu yang mengikuti acara ini kecuali beberapa pendamping.

Acara pembuka dimulai, tentu saja dengan perkenalan. Setelah perkenalan, kami mulai bermain. Permainan berlangsung menyenangkan dan heboh.
Sesi pertama yang diadakan adalah sesi membuat mind map mengenai sesi-sesi yang telah dilewati selama mengikuti EJ selama setahun, kemudian dipresentasikan. Presentasi berjalan cukup alot karena diselingi pertanyaan yang membuat kami semua berpikir.
Setelah sesi yang menguras otak kami untuk sesaat, kami pun makan siang.  Jam makan siang yang lama, memberi kami cukup waktu untuk bercengkrama, berjalan-jalan, bahkan tidur. Penulis memutuskan untuk berjalan-jalan dan mencoba untuk tidur.


Jam istirahat siang berakhir, mulailah kami bermain.  Kami dibagi menjadi 3 grup kecil yang akan bermain di 3 pos.  Pos pertama yang kami datangi adalah melempar bola ke orang di sebelah kami dan harus ditangkap dengan 1 tangan tanpa terjatuh.  Kami bermain dengan tenang dan bertujuan untuk mencapai skor 100, tapi ternyata kami sendiri belum mampu karena beberapa kali kami tidak bisa menerima bola yang dilemparkan kepada kami, sehingga harus mengulang beberapa kali.  Permainan di pos ini mengajar kami untuk memiliki sikap mau mendengarkan pemimpin, saling bekerjasama, dan tidak saling menyalahkan ketika ada yang gagal menangkap.


Di pos kedua kami bermain berpindah posisi dengan teknik tertentu.  Seseorang di kelompok kami sudah pernah mengetahui cara mensukseskannya, jadi kelompok kami berhasil dalam percobaan pertama.  Lalu kami diberi tantangan yang lebih sulit lagi, yaitu perpindahan kami semakin dibatasi. Setelah beberapa kali percobaan, akhirnya kelompok kami berhasil. Kami belajar untuk mau saling berkomunikasi, mau mendengarkan pemimpin dan berpikir kritis dari permainan ini.

Bergerak ke pos selanjutnya, di pos ketiga kami memainkan permainan yang bernama Russian Roulette. Namanya mengingatkan kita pada permainan yang berujung pada kematian, tapi sebenarnya itu hanyalah sebuah nama. Permainan yang kami mainkan adalah 4 orang dari kami berdiri di sebuah lingkaran yang tertulis angka-angka. Cara memainkannya mirip seperti bermain bingo. Mau mendengarkan, bekerjasama dan bergerak cepat adalah hal-hal yang kami pelajari dan yang membuat kami mampu menyelesaikan permainan ini. Kami kembali ke titik kumpul yang ditentukan setelah selesai bermain ketiga permainan tersebut. Masing-masing kelompok saling berbagi hasil yang mereka dapat. Kelompok kami menang dan sebenarnya beberapa orang sudah menduga bahwa kami akan menang, jadi itu tidak terlalu mengherankan. Setelah berbagi hasil, panitia baru mengumumkan bahwa tidak ada hadiah bagi pemenang permainan-permainan tersebut, membuat kami agak-agak sedih karena sebenarnya kami mengharapkan hadiah, tapi kami tetap menerima kenyataan tersebut. Kenyataan itu menyadarkan kami bahwa motivasi kami seharusnya bukanlah harta yang semu, tapi harta yang membentuk karakter dan kepribadian kami.



Ternyata perjuangan kami belum selesai sampai disitu. Panitia sudah menyiapkan 2 permainan lagi. Permainan pertama adalah gambar berantai. Hasil-hasil gambar kami semua sangat bagus sampai apa yang ingin disampaikan disalahartikan.  Permainan ini mengajarkan kami untuk memiliki hubungan yang kuat, sehingga ketika ada permainan seperti ini kami sudah saling mengerti apa yang ingin disampaikan dari gambar orang sebelum kami.



Permainan kedua adalah melempar bola pingpong ke dalam gelas berisi air milik lawan. Tanpa terduga kelompok kami menang lagi. Kelompok yang kalah harus meminum beberapa campuran minuman dan makanan yang sudah diundi. Lewat permainan ini kami belajar untuk terus berjuang, jangan menyerah, dan memperhitungkan lemparan bola kami. Meskipun tantangan terasa berat dan terlihat tidak mungkin, jika kita berserah kepada Tuhan, Ia pasti akan memberikan jalan. Banyak hal yang bisa kami pelajari dari permainan-permainan tersebut, tapi yang terutama adalah kerja sama, karena tanpa kerja sama, yang akan terjadi hanyalah kekacauan, etnosentris dan tidak akan ada persatuan.

Selanjutnya adalah big talk. Big talk adalah pertanyaan-pertanyaan yang mendalam yang membuat kita lebih cepat mengenal orang yang kita ajak bicara. Kami membentuk kelompok dan memulai big talk kami.
Selanjutnya ada pemutaran film yang diakhiri dengan sharing satu per satu dari kami yang berhubungan dengan film tersebut. Kami banyak melakukan sharing di retret ini.
Selesai makan malam kami bermeditasi, merenungkan apa yang kami rasakan setelah melewati 3 buku Emmaus Journey.  Lalu kami mulai merenungkan apa kira-kira yang akan membuat kami damai. Kami membuat doa kepada Tuhan mengenai apa yang akan membuat kami damai.  Selesai bermeditasi kami diminta untuk membuat surat kepada Tuhan berisi doa tadi, lalu kami persembahkan itu kepada Tuhan.


Esoknya kami bersama-sama pergi ke gereja untuk misa.  Kami pergi dan pulang dengan berjalan kaki.  Ini adalah hal yang aneh menurut penulis, karena tidak pernah sebelumnya penulis pergi misa di sela-sela retret, namun ini adalah hal yang baik.  Pulang misa kami saling mensharingkan apa yang kami dapatkan selama 2 hari retret kami dan apa perubahan yang kami rasakan sebelum dan sesudah kami mengikuti EJR hingga retret.  Setelah refleksi tersebut kami menutup retret dan makan siang. 
Retret ini sangat membantu kami merefleksikan perubahan diri kami dan mendekatkan satu sama lain. Acara yang menyenangkan dan cukup santai membuat kami semua senang mengikuti retret tersebut.
Kita sebenarnya bisa membantu orang lain berubah ke arah yang lebih baik lewat perbuatan-perbuatan sehari-hari kita yang kecil dan mungkin tidak dipandang orang banyak, tapi sebenarnya bisa mengubah hidup seseorang. 


Oleh  Kathlyn Sandrina





Tidak ada komentar

Posting Komentar