Penerimaan Sakramen Krisma di Gereja St. Ambrosius dilaksanakan pada hari Minggu, 21 Oktober 2018, Pkl 08.00 WIB, oleh : Romo Vikjen Samuel Pangestu,Pr, dalam suatu perayaan Ekaristi. Penerimaan Krisma wajib bagi yang sudah dibaptis.
Ada 6 lingkungan yang ditunjuk menjadi panitia tahun ini yaitu: Lingk St. Hugo, Lingk Rosa de Lima, Lingk St. Emanuel, Lingk St Tarsisius, Lingk Yohanes Paulus II, dan Lingk Basilius.
Tahun ini rangkaian kegiatan penerimaan Krisma berbeda dengan tahun yang lalu. Sesuai dengan tema yang dicanangkan oleh KAJ yaitu “Kita Bhinneka Kita Indonesia”, maka tahun ini peserta selain mendapatkan pendampingan dan pengajaran dalam ruangan juga melakukan kunjungan ke rumah ibadah seperti ke Seminari, Susteran, Pura, Vihara / Kelenteng dan Mesjid. Adapun tujuan kunjungan rumah ibadah ini adalah agar peserta memahami perbedaan yang ada dalam tiap budaya, kepercayaan, dan menumbuhkan tingkat toleransi yang semakin tinggi dan baik bagi peserta. Karena kegiatan tahun ini ada kunjungan ke rumah ibadah maka, panitia melibatkan orang tua dalam hal mengantar, mendampingi anak-anak saat kunjungan ke rumah ibadah. Walau bagaimanapun orang tua bertanggung jawab dengan pertumbuhan iman anak-anaknya.
Dari program kerja yang sudah disusun oleh sub tim bidang krisma dan katekese, peserta mendapat 10 kali pertemuan pengajaran termasuk kunjungan rumah ibadah, peserta juga wajib mengikuti rekoleksi, Sakramen tobat, gladi bersih sebelum penerimaan Krisma. Peserta hanya diizinkan 1 kali untuk izin. Jika lebih dari itu dianggap gugur.
Rata-rata peserta sangat menikmati dan senang dengan kegiatan kunjungan ke rumah ibadah terbukti dari sharing peserta saat rekoleksi yaitu dari Jonathan Brandon yang mendapat pembagian untuk kunjungan ke mesjid, Brandon mengatakan selama ini dia melihat di tv adanya kecaman pada suatu agama, kerusuhan yang ditimbulkan karena merasa agamanya yang paling benar. Padahal dari penjelasan yang dia dapat dalam kunjungan tersebut bahwa latar belakang agama kita dengan yang lain tidak jauh berbeda, yang diajarkan juga yang baik. Jadi hendaknya kita tidak mempermasalahkan perbedaan yang ada, jangan saling menyalahkan satu sama lain, tidak saling menjelek-jelekkan, dan hidup berdampingan bersama-sama. Alangkah indahnya jika ada damai.
Sharing dari peserta yang mendapat bagian untuk kunjungan ke biara, mengatakan mereka merasa bahwa kehidupan biara menyenangkan, walaupun jauh dari keluarga tapi kebersamaan yang ada sangat menyenangkan dan penting. Para peserta takjub dengan kehidupan doa para suster. Para suster fokus ke Tuhan dan berdoanya serius (berdoa bisa sendiri-sendiri dan bersama-sama). Intensitas doanya banyak, sehingga mereka menjadi tertarik untuk meniru cara berdoa suster yang serius dan fokus ke Tuhan. Dari sharing yang disampaikan ini dapat kita lihat bahwa ada hal-hal positif bagi peserta, peserta menjadi lebih terbuka dan mendapat sesuatu hal yang baru.
Saat rekoleksi pengajaran yang disampaikan oleh Romo Rafael di antaranya adalah dengan pembaptisan kita memperoleh martabat baru dan disahkan gereja menjadi Anak Allah. Krisma menjadikan orang dewasa, diurapi Roh Kudus, dijadikan kenisah Roh Kudus, mendapat tugas dan wewenang sebagai Imam, Nabi, Raja. Kristus menjadi jembatan antara Tuhan dan sesama. Bagaimana bisa menjadi kudus tapi tidak pernah berdoa? Bagaimana hidup kudus tersebut? Yaitu hidup baik terlebih dulu, pergi ke gereja, berdoa kepada Tuhan.
Peran Imam yaitu mewartakan sabda Allah, berkata jujur, berkata baik, berdoa, mengajarkan hal-hal yang baik.
Peran Nabi adalah berpegang pada kebenaran suara Tuhan dan mewartakannya, termasuk di dalamnya menolak ketidak-adilan. Menyuarakan suara Allah dalam hidup, walaupun mengalami kesesakan atau dianiaya.
Peran Raja bahwa konsep Raja yang dibawa Yesus berbeda dengan konsep Raja orang Yahudi. Raja yang dibawa Yesus adalah yang mau menjadi pelayan. Sikap kita dalam peran Raja contohnya seperti mendoakan orang lain, yang menjadi persembahan kurban kita, bisa melalui sikap-sikap kita. Raja di sini adalah wakil Allah untuk melayani. Raja yang menjadi wakil Allah mempunyai hubungan baik dengan Allah, berjuang melawan yang jahat.
Kita patut bersyukur pada tahun ini rangkaian kegiatan Krisma dari awal sampai ditutup dengan perayaan Ekaristi berjalan lancar dan khidmat, pada hari H peserta hadir dari jam 7 pagi, semua datang tepat waktu. Arahan petugas penata umat lingkungan dan panitia yang mengarahkan peserta saat penerimaan minyak berjalan lancar dan rapi. Anak-anak yang membawa persembahan ke depan juga memahami dan menjalankan tugasnya dengan baik. Keseluruhan berjalan baik, rapi dan lancar.
Dalam homilinya Romo Vikjen mengatakan bahwa misi pewartaan kita adalah tentang Yesus, Anak Manusia yang melayani dan menyerahkan diriNya bagi penebusan anak manusia. Pandangan Allah kepada manusia bukan sebagai hakim. Allah menganggap manusia berharga. Para murid menginginkan kemuliaan, damai, dan kesejahteraan bukan menginginkan Yesus sendiri padahal Yesus adalah Sang Pemberi segalanya. Roh Kudus yang menyertai kita, yang kita terima adalah sebagai penebusan Kristus. Minggu ini adalah minggu misi dimana kita diminta menjadi saksi Tuhan, menjadi anak Allah yang merdeka, hidup sebagai putra/i Allah yang mau melayani. Siapa saja yang bisa masuk dalam kerajaan Allah? Adalah anak-anak yang merdeka, yang sangat bergantung pada Yesus, orang-orang yang sungguh-sungguh memperhatikan orang lain, yang mau menjadi pelayan dan hamba, yang menganggap orang lain lebih penting. Hiduplah dalam Roh Kudus sebagai anak-anak Allah yang merdeka, yang dimulai dengan senyum.
Untuk duduk di sisi kanan Allah Bapa itu adalah urusan Bapa. Menjadi anak Allah yang merdeka tidak gampang tapi dapat dimulai dengan sebuah senyuman, mau melayani dan membuat bahagia orang lain.
Setelah homili selesai, Romo Natalis menyampaikan bahwa peserta Krisma sudah disiapkan, dibimbing dalam pelajaran Krisma dan saat ini peserta siap untuk diurapi minyak Krisma oleh Romo Vikjen. Tahun ini ada 112 yang ikut Krisma tapi saat penerimaan ada 1 peserta yang sakit sehingga tidak dapat menerima minyak Krisma pada tanggal 21 Okt ini dan peserta ini dibantu untuk menerima Krisma di Gereja St Monika yaitu pada tanggal 4 November 2018. Jadi total yang terima ada 111 orang.
Semoga dengan penerimaan Krisma pada hari ini, para peserta semakin memahami tugas pewartaan masing-masing karena melalui pencurahan Roh Kudus setiap orang semakin dikuatkan dan bertumbuh imannya. Sehingga dapat menjadi saksi Kristus yang tangguh dan berani. Selain itu dapat memahami perbedaan yang ada dalam tiap budaya dan kepercayaan, serta menumbuhkan sikap toleransi yang semakin tinggi dan baik.
Penulis :
Leni ( Lingk St Emanuel)
Sekretaris 1 Panitia Krisma 2018
Tidak ada komentar
Posting Komentar