Hikmat dari Ekaristi dan Doa Rosario dalam Masa Pandemi [2/2]

Tidak ada komentar

Renungan Romo J.A. Hendra Sutedja, S.J.
4 April 2020

SAMBUNGAN DARI BAGIAN PERTAMA.... silakan klik di sini


Sehabis misa saya melanjutkan dengan doa Rosario.
Pada setiap Peristiwa Terang saya doakan intensi yang berbeda-beda.

Peristiwa Terang pertama:
Yesus dibaptis di Sungai Yordan.
Saya isi dengan intensi untuk ciptaan dan umat manusia seluruhnya. Memandang dengan mata jiwa bagaimana seluruh ciptaan ikut serta dalam Baptisan Yesus, bahkan menerima Baptisan Roh melalui darah-Nya yang tercurah dari kayu salib. Bersama Bunda Maria secara rohani saya menghampiri tiap ciptaan dan mengajak semua untuk mengingat kembali baptisan air dan roh yang telah diterima dan bangkit dalam terang kemuliaan Allah. Semua dan segala harus memancarkan kembali kemuliaan Allah.
“Dalam Dia ada hidup, hidup itu adalah terang manusia, terang itu bercahaya dalam kegelapan dan kegelapan tidak menguasainya.”
(Yoh 1: 4-5)
Sasaran doa menjadi begitu jelas dan nyata. Gerak jiwa juga menjadi begitu nyata, bersama Bunda Maria secara rohani saya menghampiri setiap ciptaan dan manusia. Itu adalah kejelasan dalam jiwa, yang membuat setiap doa Salam Maria yang saya ucapkan terasa menjadi begitu penuh arti dan daya.

Peristiwa Terang kedua:
Yesus menyatakan diri-Nya dalam peristiwa di Kana.
Dalam tanda-Nya yang pertama itu Yesus menampakkan kemuliaanNya.
Sebagai Intensi kedua saya hampiri semua keluarga yang kehilangan anggota atau beberapa anggota keluarga mereka, baik karena Covid 19, maupun karena sebab lain. Juga untuk yang wafat. Bersama Bunda Maria secara rohani saya menghampiri mereka dan mengajak  keluarga-keluarga untuk bangkit kembali dalam kemuliaan anak Allah. Bagi yang wafat, saya mohon Bunda mendoakan mereka “yang berdosa, sekarang dan waktu mati.” Tiap Salam Maria menjadi berarti, mengajak semua memancarkan kemuliaan kembali.

Peristiwa Terang ketiga:
Yesus mewartakan kerajaan Allah dan menyerukan pertobatan.
Intensi ketiga untuk keluarga-keluarga yang cemas dan risau karena macam-macam kesulitan dan karena bencana Covid 19, juga bagi keluarga-keluarga yang anggotanya menjadi tenaga medik yang tahu atau tidak tahu berhadapan dengan virus corona. Bersama Bunda Maria secara rohani saya menghampiri mereka dan mengajak semua bangkit dalam kemuliaan anak Allah. Itulah pertobatan yang diperlukan. Karena dalam terang Kristus semua kegelapan hati disingkirkan dan bisa melihat lagi penyelamatan Allah sedang bekerja dalam cara-Nya, dan kita menjadi tampilan Kerajaan Surga di bumi ini.

Peristiwa Terang keempat:
Yesus menampakkan kemuliaan-Nya.
Intensi keempat untuk semua kebutuhan khusus dari semua orang yang mohon untuk didoakan, yang berisi kebutuhan akan bantuan khusus Allah.
Kembali, bersama Bunda Maria secara rohani saya menghampiri tiap rumah keluarga-keluarga itu dan berdoa agar mereka bangkit berdiri di dalam Yesus, yang tahu akan mati di Yerusalem, berdiri dengan mulia di hadapan Bapa dan memberi teladan bagi kita bagaimana cara membawa hidup dalam terang kemuliaan Allah. Dalam Yesus, kita juga anak Allah, dan Allah berkenan pada kita. Karena bantuan Allah mereka dapat menata hidup dengan baik kembali.

Peristiwa Terang kelima.
Yesus menetapkan Ekaristi.
Puncak dari Peristiwa Terang. Yesus memperlihatkan pada kita arti hidup membawa terang Allah, yaitu hidup yang dipersembahkan. Yesus memperlihatkan itu dalam putusan dan tindakan-Nya memberikan tubuh-Nya: “Ambillah, inilah tubuh-Ku!” dan sesudahnya “Inilah darah-Ku yang ditumpahkan bagi banyak orang.” Dia menyelamatkan kita. Tetapi Ekaristi, yang adalah kurban salib, mengundang kita untuk tidak berhenti hanya pada “kita diselamatkan”, Yesus mengundang kita, “lakukanlah ini sebagai kenangan akan Daku!” Kita diajak untuk bergerak bersama dan seperti Dia, membawakan persembahan-persembahan penyelamatan. Intensi saya arahkan pada para dokter, perawat, petugas medik lainnya dan semua orang lain yang hadir langsung berhadapan dengan Covid 19. Bersama Bunda Maria secara rohani saya menghampiri tiap dari mereka dan mengajak mereka semua di rumah-rumah sakit , tempat-tempat mereka berada untuk terus membawa persembahan ekaristik mereka dalam skill dan kemampuan mereka menolong para pasien. Mengajak mereka semua untuk terus berpegang pada kemuliaan Allah dan membawakan kemuliaan itu.



Pokoknya mari kita berdoa terus dan fokus pada kemuliaan Allah Bapa yg pasti sedang bekerja menyelamatkan kita dan seluruh ciptaan. Arahkan hati pada kemuliaan Bapa.

Baca Injil Yohanes 12:27-28
Lihat bagaimana Yesus dalam keterguncangan-Nya melihat malapetaka menghampiri diri-Nya memberi contoh pada kita untuk fokus pada kemuliaan Bapa, Dia berseru: "Bapa muliakanlah nama-Mu" dan Bapa menjawab: “Aku telah memuliakan-Nya, dan Aku akan memuliakan-Nya lagi!”
Yesus dan Bapa bersatu dalam kemuliaan, itulah kekuatan kasih yang diajarkan Allah Bapa dan Yesus kepada kita.

Itu yang menjadi isi doa Bapa Kami yang diajarkan Yesus. “Dimuliakanlah Nama-Mu, datanglah Kerajaan-Mu, jadilah Kehendak-Mu di atas bumi seperti di dalam Surga.”
Kita berdoa agar seluruh ciptaan dan segenap umat manusia bangkit kembali sebagai tampilan kemuliaan Allah Bapa.
Dalam martabat kita sebagai anak Allah di dalam Yesus, kita hadapi saat ini dengan penuh wibawa.

Itu pergumulan batin saya selama beberapa minggu terakhir ini. Saya bagikan ini dengan harapan ini bisa menjadi bantuan rohani untuk mempersiapkan kita masing-masing merayakan Minggu Palma dan memasuki Pekan Suci, tenggelam dalam kematian, dan bangkit bersama Yesus.


Ad Maiorem Dei Gloriam




Catatan Redaksi:
Sebetulnya tulisan Romo Hendra ini tadinya satu bagian. Namun Redaksi melihat baik kalau dibagi dua agar pembaca/umat lebih fokus pada tiap tema utama yaitu tentang Ekaristi dan tentang Rosario dengan Peristiwa Terang.






Credit image: catholicexchange.com

Tidak ada komentar

Posting Komentar