Janganlah Gelisah Hatimu!

Tidak ada komentar

Kita hidup di dalam dunia sekarang ini menghadapi tantangan dan himpitan ketakutan akan virus corona serta aneka kekuatiran manusiawi kita.  Akhirnya dalam keterbatasan, semua orang kembali mencari Sang Awal dan Sang Akhir.  Kualitas kita sebagai orang beriman benar-benar ditantang.  Mampukah kita melewatinya?  Jawabannya, pasti mampu!

Orang beriman sejati tentu akan memberdayakan segala potensi diri untuk memuliakan Tuhan dalam situasi apa pun.  Dengan penuh ketulusan dan keikhlasan, kita sebagai orang beriman, dapat menjalankan tugas dan kewajiban dengan sepenuh hati di masa pandemi ini.  Umat Paroki berkumpul bersama keluarga di rumah, mengikuti misa online dan berdoa.  Ada pula yang bertugas mengatur bantuan kepada pihak yang terkena dampak pandemi.  Apa pun yang kita kerjakan memiliki nuansa ketulusan.  Hidup orang beriman sejati menyatu padu antara hati dan tindakan.  Antara doa dan perbuatan selaras dan sejalan, seperti yang terlukis dalam Kis. 6:1-7: Karena kita mengasihi Dia dengan segala situasi kita.  Karena kita selalu berharap hanya kepada-Nya, seperti tertulis dalam Mzm. 33:18: Sesungguhnya, mata TUHAN tertuju kepada mereka yang takut akan Dia, kepada mereka yang berharap akan kasih setia-Nya.  Kita datang kepada-Nya, batu yang hidup, yang dibuang manusia, tetapi dipilih dan dihormat di hadirat Allah.  Dengan berdoa bersama keluarga dan berbela rasa, Dia ingin menggunakan kita sebagai batu hidup pembangunan suatu rumah rohani, bagi suatu Imamat kudus, untuk mempersembahkan persembahan rohani yang karena Yesus Kristus berkenan kepada Allah (1 Ptr. 2 :4-9).

Dalam ranah hidup beriman kita tahu ada tujuannya.  Kalau saja tujuan beriman ini belum jelas, niscaya sikap beriman pun akan menjadi bias juga.  Kalau beriman hanya karena ikut-ikutan, tentu saja perilakunya pun asal-asalan.  Jadi marilah kita pertegas dan perjelas, apa tujuan kita beriman.  Tujuan kita adalah pergi ke Rumah Bapa.  Rumah Bapa adalah tempat yang membahagiakan.  Di tempat itu, yang ada hanyalah damai sejahtera yang abadi.  Sebab di sinilah perjumpaan manusia dengan Tuhan terjadi.  Perjumpaan karena Tuhan Yesus sudah mendahului untuk mempersiapkan tempat bagi umat-Nya.  Dia juga menjadi jalan menuju ke sana.  Jadi, bersama Dia niscaya kita akan sampai ke tujuan.  Oleh karena itu marilah kita bersukacita, bergembira.  Dalam kegembiraan kita bekerja, berbuat kebaikan, mengamalkan cinta kasih.  Bersama Dia, kita berbuat kebajikan dan peduli, dengan berlaku jujur dan adil. Bersama Dia, kita melakukan apa yang sudah menjadi kewajiban kita sebagai umat di mana kita berada, dengan melakukan yang sudah disepakati sebagai program bersama.  Salah satunya BERKAT yang jelas merupakan program untuk kepedulian kita untuk menuju umat yang berkeadilan sosial bagi sesama kita yang membutuhkan.  Inilah tindakan kasih.  Bersama Dia, kita menjadi hidup suci.  Dan bersama Dia kita berziarah menuju Rumah Bapa nan abadi.

Bagaimana sikap tepat yang harus kita lakukan menghadapi situasi sekarang ini?  Ingatlah sabda Yesus dan tanamkanlah dalam batin; “Jangan gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percayalah juga kepada Ku” (Yoh.14:1).  Yang kita hanya bisa lakukan adalah menerima dan memegang janji Tuhan yang menjadi penolong, yang memberi kekuatan kepada kita.  “Akulah Jalan, dan Kebenaran dan Hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa kalau tidak melalui Aku” (Yoh. 14:6).  Kalimat Tuhan Yesus ini merupakan satu keindahan yang begitu luar biasa, yang mengerti pergumulan dan persoalan kita sekarang dan di sini.

(CH.E.M)

Berdasar bacaan liturgi 10 Mei 2020:
Kis. 6:1-7
Mzm 33:1-2, 4-5, 18-19
1Ptr 2:4-9
Yoh.14:1-12


Credit image: cuidateplus.marca.com




Tidak ada komentar

Posting Komentar