IMANUEL, ALLAH MENYERTAI KITA

Tidak ada komentar

“Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia Imanuel” – yang berarti: Allah menyertai kita. (Mat.1:23)


Setiap orang memiliki tantangan kehidupan tersendiri.  Namun tidak semua orang mampu menjalani tantangan tersebut dengan lapang dada, sabar dan penuh kerendahan hati.  Tak jarang seseorang membiarkan dirinya berada dalam kegelapan, tanpa berusaha mencari jalan keluar ataupun membaca tanda-tanda untuk mengatasi tantangan tersebut.  Malah kalau bisa, menghindari tantangan yang ada.

Berbeda dengan sikap raja Ahas yang melelahkan Allah karena tidak mau meminta petunjuk dari tempat tertinggi di atas, akan penggenapan janji Allah tentang lahirnya penyelamat dunia - Imanuel (Yes. 7:13-14), Yusuf bangun dari tidurnya dan berbuat seperti yang diperintahkan malaikat Tuhan kepadanya, yaitu mengambil Maria sebagai isterinya.  Tindakan Yusuf ini merupakan sebuah teladan iman untuk mempercayai Tuhan, di dalam kebingungannya karena Maria tunangannya mengandung dari Roh Kudus, sebelum mereka hidup sebagai suami isteri.  Kelak, anak ini dinamai Yesus yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa-dosa mereka (Mat. 1:18-24).  Sebuah janji yang baru dapat dimengerti sepenuhnya dalam terang kemuliaan Paskah, seperti yang dijelaskan oleh rasul Paulus dalam surat Rom. 1:3-4.

Yusuf,  adalah seorang yang tulus hati dan sederhana.  Dalam kesederhanaannya, terdapat iman sejati-tanpa syarat, tanpa batas.  Mungkin kita masih belum sepenuhnya bisa memahami janji keselamatan Allah yang terdapat dalam kesederhanaan Yusuf dan Maria yang melaksanakan kehendak-Nya dalam kehadiran Yesus  di kandang Bethlehem dan karya-Nya yang mengalami penolakan hingga harus menderita mati di kayu salib.  Kita hanya bisa memahami kesederhanaan Keluarga Kudus ini apabila kita memiliki kasih, karena Allah adalah kasih.  Dalam kesederhanaannya, Yusuf, Maria dan Yesus melaksanakan panggilan Allah untuk melayani-Nya, bukan dilayani.

Kita pun dapat melaksanakan panggilan Allah dalam keluarga dengan meluangkan waktu untuk berdoa bersama dengan anggota keluarga setiap hari, menerapkan waktu 1 (satu) jam tanpa gadget di tangan saat makan bersama maupun dalam bentuk family time yang berkualitas lainnya.  Sebagai orang tua, kita memiliki kewajiban membimbing kehidupan rohani anak-anak yang dipercayakan kepada kita lewat komunikasi dua arah yang baik, mengarahkan mereka untuk dapat berprestasi dalam karya mereka di sekolah maupun di tempat kerja.  Sebagai anak, kita pun wajib menghormati dan merawat kedua orang tua kita.  Sebagai pasangan suami isteri, hendaknya kita pun teguh memegang janji perkawinan kita.  Apapun panggilan Allah bagi kita di dunia ini, seyogyanya kita lakukan dalam kesederhanaan dan ketekunan untuk memuliakan nama-Nya, karena kita adalah  angkatan orang-orang yang menanyakan Dia, yang selalu mencari wajah-Nya (Mzm. 24:6) untuk beroleh berkat dan keselamatan.  Kita pun tidak perlu takut menjalankan panggilan kita karena Yesus sang Imanuel, yang artinya Allah menyertai kita (Mat. 1:23) dalam hidup kita sampai akhir zaman (Mat. 28:20).  Mariah kita siapkan hati menyambut Sang Juruselamat.


(AST)

Berdasar bacaan liturgi 22 Desember 2019
Yesaya7:10-14
Mazmur 24:1-2,3-4ab,5-6
Roma 1:1-7
Matius 1:18-24


Credit image: pixabay.com

Tidak ada komentar

Posting Komentar