Emmaus Journey Angkatan 2 Gathering [26 Okt 2019]

Tidak ada komentar

KARENA KITA INI ADALAH BAGIAN DARI SATU TUBUH

“Karena sama seperti tubuh itu satu dan anggota-anggotanya banyak, dan segala anggota itu, sekalipun banyak merupakan satu tubuh” (1Kor. 12:12)

Romo Romanus Heri S, Pr. diundang sebagai key note speaker dalam gathering Emmaus Journey Angkatan 2, Paroki Villa Melati Mas pada bulan Oktober lalu.  Dengan materi “Menjadi Murid Kristus yang Inklusif”.

Kita sering mendengar istilah inklusif (mengajak masuk atau mengikutsertakan) adalah lawan kata dari eksklusif  (memisahkan).  Kita ingin menjadi murid Kristus yang inklusif, semangat dan cara pandang baru yang ingin disampaikan oleh Romo Romanus. Tema dan cara pandang baru ini sengaja diambil untuk gathering yang diikuti oleh 85 orang yang terdiri dari Emmauser, para peserta dan fasilitator EJ yang ada di Paroki Villa Melati Mas. 

Romo yang pernah menjadi Ketua Komisi Kitab Suci KAJ ini, secara menarik menjabarkan beberapa sifat yang perlu dihindari atau dilakukan untuk menjadi murid Kristus yang inklusif.  Diantaranya adalah adanya semangat berempati, turun ke bawah, tidak merasa penting sendiri.  Hal-hal yang sejalan dengan apa yang sudah digaungkan dalam gerakan gereja kita bersama, Gereja St. Ambrosius.

Kebiasan merasa penting (dan harus dipentingkan), kebiasaan “kalau bisa orang lain, kenapa harus saya? Kebiasaan bermuka masam, merasa sakti dan suci, cuek hanya beberapa dari sebagian kecil kebiasaan yang tanpa disadari membuat kita menjadi ekslusif sebagai murid Kristus dan menurut Romo Romanus harus diberangus.

Sesi yang dibawakan Romo Romanus, memberikan pencerahan, percikan api untuk mengobarkan semangat, dan terlebih adalah pengingat bagi kita semua bahwa menjadi murid Kristus bukanlah perkara mudah dan sebaliknya bukanlah perkara sulit bila dijalankan mulai dari hal kecil dan sederhana secara terfokus dan penuh intensi.


Memaknai panggilan Tuhan lewat habitus

Salah satu alasan untuk ikut kegiatan seperti EJ, awalnya karena terpaksa.  “Namun dibalik itu ada panggilan Tuhan lewat Roh Kudus yang baru kita disadari, saat kebiasaan membaca kitab suci tiap hari memberikan jawaban atas masalah kehidupan kita,” (kesaksian salah satu peserta tentang manfaat membaca kitab suci tiap hari).  Keterpaksaan berubah menjadi rasa penasaran dan kerinduan akan firman Tuhan yang tiada habisnya. 

EJ terkenal dengan Jurnal Emmaus, Jurnal singkat yang dituliskan di buku catatan pribadi terdiri tiga bagian: Ayat Kitab Suci, refleksi singkat pribadi dan doa pribadi. Jurnal dibuat setiap hari sehingga turut menumbuhkan kebiasaan (habitus) berdoa setiap hari dan habitus membaca kitab suci.  Hal yang mungkin dianggap kecil (berdoa dan membaca kitab suci) namun terkadang panggilan Tuhan untuk hidup kita yang lebih baik dapat datang kapan saja dan dari mana saja.  Di tengah kebisingan masalah hidup yang biasa memenuhi kepala kita, habitus doa dan membaca Kitab Suci setiap hari membuat panggilan Tuhan lebih terdengar di telinga kita. “Ada suatu kerinduan akan kitab suci, merasa “rugi” bila tidak membaca sehingga melewatkan kesempatan mengambil batu-batu kehidupan yang disediakan Tuhan kepada kita,” (Kesaksian salah satu fasilitator senior EJ).  Dan lewat “kerjasama” dengan Tuhan dan pertolongan Roh Kudus, batuan itu menjadi batu permata, harta yang tiada tara untuk kehidupan dan jawaban atas segala masalah kita.

Tujuan besar dari panggilan Tuhan adalah agar kita memuliakan Tuhan, agar kita bertobat dan berbuah.  Jadi hasilkanlah buah yang sesuai dengan pertobatan (Mat. 3:8).

Berbuah di masyarakat, mulai dari sekarang dan dari yang terdekat

Kegiatan selanjutnya yang akan dilakukan oleh EJ angkatan 2, Paroki Villa Melati Mas, adalah turun ke masyarakat untuk berbuah (sesuai dengan selesainya buku ke-2: Perjalanan Menuju Hidup Berbuah).  Kegiatan berbuah ini akan dilakukan tidak jauh-jauh, namun mulai dengan berbuah di keluarga (mengajak berdoa bersama di dalam keluarga), keterlibatan dalam kegiatan di Lingkungan (Pendalaman Iman, Devosi, dan lain-lain) dan tentunya kegiatan dan gerakan Paroki.
  
Tidak perlu menunggu indikasi waktu, namun dapat dilakukan sekarang, besok, kapanpun dan sekecil apapun.  Inilah perwujudan menjadi murid Kristus yang inklusif bagi Emmauser, dalam memaknai perjalanan ke Emmaus dan mendengar panggilan Tuhan, serta memberikan kontribusi positif berupa keterlibatan, pelayanan bagi keluarga, Lingkungan dan Paroki. Karena kita adalah bagian dari satu tubuh. 

Oleh: Handri Haryanto









Foto-foto lengkapnya bisa dilihat di sini 






Tidak ada komentar

Posting Komentar